Pasar Properti "Reborn" Awal 2015
Tidak hanya transaksinya yang naik signifikan, harga jualnya pun juga naik gila-gilaan. Unit terjual juga sangat tinggi.
Hal itu disampaikan Ali, Direktur dan Member Broker Century 21 Pertiwi saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk “Prospek Bisnis Properti di Era Pemerintahan Jokowi-JK, Peluang dan Tantangan, di Jakarta, pekan lalu.
Menurutnya, hal itu terjadi karena pada tahun-tahun tersebut banyak perusahaan tambang migas dan perkebunan sedang “panen”. Jadi, uang mereka banyak, kemudian diinvestasikan lagi di bidang properti.
Mereka membeli properti di lokasi-lokasi yang prime dengan harga yang tinggi. Ini kemudian berdampak terdongkraknya harga properti secara signifikan.
Selain itu, tingginya harga properti di Jakarta, kata Ali, disebabkan ketersediaan lahan di Jakarta sudah sangat terbatas, sedangkan pertumbuhan ekonomi mencapai 7-8 persen.
Artinya, perekonomian Indonesia bergerak kencang serta membutuhkan lahan-lahan dan ruang-ruang baru untuk ekspansi usaha.
“Informasi yang saya dapat saat ini harga tanah di Menteng sudah mencapai Rp 150 juta per meter persegi, sedangkan di Kebayoran Baru dan Permata Hijau Rp 50 juta per meter persegi,” ujarnya.
Menyinggung soal melambatnya transaksi properti di 2014, Ali melanjutkan, terjadi karena tahun ini ada regulasi yang dikeluarkan pemerintah di sektor tambang yang melarang dan membatasi perusahaan pertambangan mengekspor mineral mentah.
Ditambah lagi adanya krisis global sehingga permintaan ekspor terhadap hasil pertambangan dan perkebunan juga menurun. “Kondisi inilah yang kemudian menjadi faktor utama mengapa transaksi properti pada tahun ini mengalami perlambatan,” ujarnya.
Tidak hanya itu, kebijakan pembatasan KPR (kredit pemilikan rumah) atau yang dikenal LTV (loan to value) dan pembatasan kredit konstruksi untuk sektor properti juga menjadi penyebab pengembang properti menengah bawah yang modalnya pas-pasan rontok satu per satu. Sementara itu, pilpres dan pileg pengaruhnya tidak signifikan pada sektor properti.
Lantas bagaimana dengan pemerintahan baru, menurut Ali, peluang untuk menaikkan derajat properti seperti tahun 2012-2013, di era Jokowi-JK sangat besar. Ini karena pasar memberikan respons positif pada calon presiden dan wakil presiden ini.
Bahkan, pasar juga yakin Jokowi-JK dan kabinet yang diusungnya nanti mampu menyelesaikan berbagai persoalan menahun yang terjadi selama ini. Bahkan, dukungan internasional terhadap pemerintahan Jokowi-JK juga besar.
“Prediksi saya, pada awal 2015, pasar properti akan reborn. Ini bisa terjadi karena adanya dukungan dari dalam dan luar negeri terhadap pemerintahan baru yang membuat investor makin percaya diri untuk menanamkan modal dan melakukan ekspansi usaha.
Sumber : Sinar Harapan
Harga Properti Diyakini
Terkoreksi Pada 2015
JAKARTA--Bisnis properti sepanjang
2014 diyakini ada perbaikan pada tahun depan atau 2015.
Tahun ini,
transaksi bisnis properti mengalami perlambatan bahkan secara umum mengalami
penurunan sebanyak 30% padahal kenaikan harga tanah dan properti melejit
besar-besar.
Namun,
ketidakpastian tersebut diprediksi akan terselesaikan satu persatu di masa
kepemimpinan Jokowi dan Jusuf Kalla.
Praktisi
Pemasar Properti Ali Hanafia Lijaya mengatakan pasar properti akan lahir kembali
pada tahun depan. Hal yang pertama terjadi adalah terkoreksinya harga properti
di Jakarta sebagai pusat bisnis properti.
"Akan
ada koreksi harga untuk kawasan properti
di Jakarta Utara, Pusat, dan Jakarta Selatan. Dan ada pula kenaikan harga di Jakarta Timur dan Jakarta Barat,"
katanya kepada Bisnis, Senin (8/9/2014).
Pria yang
merupakan Direktur Utama Agen Properti Century 21 tersebut menjelaskan harga
properti yang terkoreksi berada di kawasan yang melambung harganya sejak 2012
yaitu Kemang, Menteng, CBD Sudirman, Thamrin, Permata Hijau, T.B Simatupang dan
Kebayoran Baru.
"Di
kawasan tersebut, harga tanah naik lebih dari 300% sejak 2012." katanya.
Seperti
contoh harga satu unit rumah di Menteng mencapai Rp150 miliar dengan luas lahan
1.000 m2.
Harga yang
naik gila-gilaan akan mulai terkoreksi tahun depan sehingga lonjakan harga
tidak terlalu tinggi.
Sedangkan di
kawasan Jakarta Timur, harga yang semula rendah akan naik menyesuaikan keadaan
yang terkoreksi.
Ali
memprediksikan pasar properti akan lahir kembali pada 2015 dan masih butuh
proses penyesuaian, sehingga 2016 akan kembali stabil.
Hal ini
dikarenakan faktor kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan baru.
Terlebih lagi, kepercayaan juga timbul dari investor luar negeri.
Tahun depan, kata Ali, akan banyak investor asing yang
masuk dan membangun kawasan bisnis di Jakarta.
Namun dengan
masuknya investor asing, pengembang lokal tidak akan kalah saing. Pengembang
lokal akan berkompetisi secara sehat supaya harga properti dapat terkontrol.
"Pengembang
sudah mengalami keterpurukan pada masa 1998 silam ketika demo besar-besaran.
Jadi untuk menghadapi investor asing yang masuk dan dibukanya ASEAN Free Trade
Area 2015, pengembang lokal tidak akan takut."
Oct 14, 2014
- 0 Comments - Indo - By admin PROPERTY : Siap-siap,
harga properti di 2015 bakal naik Bagi Anda yang berniat membeli properti di
tahun 2015, siap-siap harus merogoh kocek lebih dalam. Pasalnya, harga jual
properti bakal mengalami kenaikan. Amran Nukman, Ketua DPD REI DKI
Jakarta...
Metrotvnews.com,
Jakarta: Direktur Eksekutif
Indonesia Properti Watch (IPW) Ali Tranghanda memerkirakan, para pengembang
akan dihadapkan pada titik terendah pasar properti di tahun 2015. Namun
demikian, lanjutnya, para pengembang seharusnya tidak kehilangan akal untuk
dapat beradu strategi di tahun sulit tersebut.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memasarkan properti di tahun 2015 antara lain, kesiapan cash flow proyek untuk proyek yang telah kadung diluncurkan haruslah lebih solid karena akan dihadapkan pada penurunan penjualan proyeknya. "Suku bunga konstruksi yang tinggi akan memberikan tekanan disamping naiknya harga bahan bangunan," kata Ali, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu (13/12/2014).
Meskipun pasar masih menyimpan daya beli, menurut Ali, namun saat itu diperkirakan keputusan pembelian properti akan lebih selektif untuk proyek-proyek yang masih memberikan aspek fungsional dan bukan sebagai spekulasi, karenanya proyek-proyek yang unik dan mempunyai konsep jelas yang akan bertahan.
Suku bunga KPR yang diperkirakan mencapai 13-14 persen akan membuat end-user berpikir dua kali untuk membeli properti dengan kredit karenanya nafas panjang pengembang kembali diuji dengan strategi pembayaran cicilan bertahap. "Ali menyarankan, pengembang yang akan meluncurkan proyeknya ada baiknya melakukan konsolidasi ulang berkaitan dengan timing kapan proyek akan diluncurkan," ujarnya.
Namun begitu, menurutnya di sisi lain beberapa peluang akan tetap tumbuh. Tahun 2015 pemerintah akan fokus di infrastruktur sehingga potensi ke depan akan baik bagi perkembangan pasar properti. Selain itu juga masuknya investor asing menjelang dan sampai penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Rupiah yang tertekan tidak selamanya buruk,
bidang ekspor akan naik bersamaan dengan maraknya arus asing di kawasan
industri," tukasnya. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memasarkan properti di tahun 2015 antara lain, kesiapan cash flow proyek untuk proyek yang telah kadung diluncurkan haruslah lebih solid karena akan dihadapkan pada penurunan penjualan proyeknya. "Suku bunga konstruksi yang tinggi akan memberikan tekanan disamping naiknya harga bahan bangunan," kata Ali, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu (13/12/2014).
Meskipun pasar masih menyimpan daya beli, menurut Ali, namun saat itu diperkirakan keputusan pembelian properti akan lebih selektif untuk proyek-proyek yang masih memberikan aspek fungsional dan bukan sebagai spekulasi, karenanya proyek-proyek yang unik dan mempunyai konsep jelas yang akan bertahan.
Suku bunga KPR yang diperkirakan mencapai 13-14 persen akan membuat end-user berpikir dua kali untuk membeli properti dengan kredit karenanya nafas panjang pengembang kembali diuji dengan strategi pembayaran cicilan bertahap. "Ali menyarankan, pengembang yang akan meluncurkan proyeknya ada baiknya melakukan konsolidasi ulang berkaitan dengan timing kapan proyek akan diluncurkan," ujarnya.
Namun begitu, menurutnya di sisi lain beberapa peluang akan tetap tumbuh. Tahun 2015 pemerintah akan fokus di infrastruktur sehingga potensi ke depan akan baik bagi perkembangan pasar properti. Selain itu juga masuknya investor asing menjelang dan sampai penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Properti komersial di kawasan dengan basis ekonomi industri, kata dia, akan tumbuh karena pasarnya masih besar. Apartemen untuk ekspatriat akan semakin marak. Apartemen menengah di kisaran Rp300 – Rp800 juta dan rumah tapak di kisaran Rp500 juta – Rp1 miliar masih cukup berpeluang.
Disamping itu, di semester II/2015 diperkirakan BI Rate akan turun untuk memberikan stimulus sektor riil karena tidak bisa selamanya dilakukan pengetatan. Setelah kawasan industri umumnya siklus pasar perkantoran akan segera naik diperkirakan tahun 2016.
"Karenanya ketika secara umum pasar properti melambat di salah satu sisi, di sisi lain pasar properti di sektor lainnya akan memberikan peluang. Properti selalu dilihat sebagai dua sisi mata uang," pungkasnya.
WID
No comments:
Post a Comment